Sabtu, 30 Oktober 2010

hubungan kebudayaan dan kesastraan

Hubungan Kebudayaan Dan Kesastraan

Provinsi Sumatera utara sangat kaya dengan budaya berupa tradisi dan adat istiadat. Kekayaan itu muncul karena adanya berbagai etnik yang berasal dari dan berdomisili di Sumatera Utara.

Ada etnik asli dan ada pula etnik pendatang. Oleh sebab itu, Provinsi Sumut adalah daerah yang dihuni oleh etnik yang sangat heterogen dan beraneka ragam. Bahkan karena itu, ada yang menggambarkan hal ini dengan ungkapan yang sangat populer yaitu, “Sumatera Utara adalah miniatur Indonesia”. Dengan kata lain, hampir semua etnik yang ada di Indonesia dapat ditemukan di Provinsi Sumatera Utara. Suatu hal yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menggalang dan membina per satuan dan kesatuan sehingga terjalin rasa kebersamaan seba gai dambaan dari bangsa Indo nesia. Hal inilah yang sekarang ini sangat mendasar dan sangat diperlukan bangsa Indonesia dalam mengharungi era refor masi yang penuh dengan tantangan.

Menurut sejarah dan asal-usulnya, etnik asli yang menghuni sejak lama daerah Provinsi Sumatera Utara ini ada sebelas. Kesebelas etnik asli itu adalah Batak Toba, Karo, Sumalungun, Angkola, Mandailing, Pakpak/Dairi, Melayu, Nias, Pesisir-Sibolga/Tapanuli Tengah, Lubu; dan Ulu.

Kesebelas etnik asli ini mempunyai ciri, penanda, kebiasaan, dan kebudayaannya masing-masing. Adat istiadat, sistem kepercayaan, bahasa, sistem kekerabatan, tata cara perkawinan, dan sistem kemasyarakatan, seni, umpamanya di antara satu etnik dengan etnik yang lain pada kesebelas etnik ini, terkadang mempunyai perbedaan yang mendasar.

Masyarakat Batak Toba mempunyai bahasa yang ter sendiri yang disebut dengan bahasa Batak Toba. Di samping itu, masyarakat Batak Toba me ngenal pula huruf/tulisan tersendiri yang disebut dengan surat pustaka. Pada masyarakat Batak Toba ada budaya mengandung yang maksudnya menangisi jenazah orang yang meninggal dunia. Hal ini sesuai dengan pesan leluhur orang Batak Toba. “Dakdanak do sitatangisan, natuatua siandungan”.

Maksudnya, ‘Anak-anaklah yang harus ditangisi, orang-orang tualah (yang sudah berumah tangga) yang diratapi (kalau sudah tiada lagi). Budaya mengandung ini bagian adat suku Batak Toba sangat penting. Masyarakat Simalungun pun mempunyai bahasa tersendiri yang disebut dengan bahasa Simalungun. Mereka juga mempergunakan huruf/aksara tersendiri dulunya untuk berkomunikasi. Pada masyarakat Simalungun ada pandangan budaya tentang kesatuan hubungan kekeluargaan yang disebut dengan tolu sahundulan. Berdasarkan tolu sahundulan ini masyarakat Simalungun memandang bahwa ada tiga unsur hubungan kekeluargaan yaitu senina (teman semarga), tondoing (keluarga pihak isteri) dan boru (keluarga pihak menantu laki-laki). Setiap upacara adat pastinya akan menjadi lebih sempurna jika dihadiri oleh ketiga unsur dari tolu sahundulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar