Selasa, 02 Desember 2014

Tugas III Psikologi Manajemen
Empowerment, Stress, Konflik
A.      Definisi Empowerment
Menurut Ife J. William (1995), konsep pemberdayaan (empowerment) merupakan sebuah upaya memberikan otonomi, wewenang, dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin.
Di sisi lain Paul Samuel (1987) mengatakan bahwa pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan yang adil sehingga meningkatkan kesadaran politis dan kekuasaan pada kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka terhadap ”proses dan hasil-hasil pembangunan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, empowerment merupakan bentuk dari upaya pembagian kekuasaan atau pembagian wewenang secara adil terhadap orang-orang yang teerpilih atau yang memiliki kompetensi, sehingga meningkatkan kesadaran bagi individu atau kelompok yang berada di bawahnya agar ikut serta terhadap keberlangsungannya suatu acara atau kegiatan.

B.       Kunci Efektif Empowerment Dalam Manajemen
Empowerment (pemberdayaan) merupakan bentuk dari upaya pembagian kekuasaan, otonomi atau wewenang secara adil, sehingga meningkatkan kesadaran individu atau kelompok yang berada di bawah kekuasaannya.
Akan tetapi, individu atau kelompok tersebut pastinya memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Karena kebutuhan pada tiap zaman mengalami perubahan yang cepat, akhirnya menuntut adanya peran atasan (pemerintah) yang dapat menyeimbangkan kebutuhan orang-orang yang dibawahinya.
Sehingga, apabila kita menginginkan bentuk pemberdayan yang efektif dapat diterlaksana dengan baik, maka bentuk pelayanan kesejahteraan anggota harus bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman; baik dari segi upah kerja, fasilitas kerja, jaminan keamanan. Serta dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dibawah kekuasaannya dengan cepat, dan tidak memakan waktu yang lama.

C.      Definisi Stress
Hans Selye (1950) mengungkapkan bahwa, stres adalah respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan bebas atasnya. Kemudian, Lazarus & Folkman (1984) menjelaskan bahwa, stres merupakan suatu keadaan internal yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik pada tubuh atau lingkungan dan situasi sosial yang dievaluasi sebagai potensi yang berbahaya, tidak terkendali, atau melebihi sumber daya.
Sedangkan menurut Vincent Cornelli, stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, stress merupakan sikap pada tingkatan “low” (paling rendah), yang terjadi pada manusia ketika manusia tidak mampu merespon gangguan yang menyerang kondisi fisik maupun mental.

D.      Sumber-Sumber Stress Pada Manusia
Menurut Lazarus & Cohen (1977), tiga tipe kejadian yang dapat menyebabkan stres yaitu:
1.         Daily hassles :
Yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya.
2.         Personal stressor :
Yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.

E.       Pendekatan Stres
1.    Pendekatan Individual
Dalam pendekatan individual seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.

2.    Pendekatan Perusahaan
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental. Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi strategi penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial (Margiati, 1999).

F.       Definisi Konflik
Menurut Nardjana (1994) Konflik yaitu akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain.
Sedangkan menurut menurut Karl Marx, kehadiran konflik didasarkan pada pemilikan sarana-sarana produksi. Dimana pemilikan sarana-sarana produksi tersebut menyebabkan adanya perbedaan hak kepemilikan atas sarana-sarana produksi yang dimiliki oleh setiap individu atau kelompok.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, konflik merupakan suatu keadaan dimana ketika manusia memiliki keinginan atau kehendak yang berbeda-beda, namun terjadi suatu benturan yang tidak diinginkan pada dirinya, orang lain, maupun pada suatu kelompok tertentu, sehingga mengakibatkan terjadinya jurang pemisah serta permusuhan dan perselisihan.  

G.      Jenis-Jenis Konflik
Jenis-jenis konflik dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu:
1.         Konflik dalam diri individu.
Proses terjadinya apabila pada waktu yang bersamaan seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
2.         Konflik antar individu.
Terjadi karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
3.         Konflik individu dengan kelompok.
Proses terjadinya karena seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai kompromistis, yang ditekankan kepada mereka dari kelompok tertentu.
4.         Konflik antar kelompok.
Terjadi pada cakupan yang lebih luas seperti; seluruh individu yang berada dalam suatu kelompok.

H.      Proses Konflik
Konflik tidak terjadi secara mendadak tanpa sebab, dan proses. Akan tetapi melalui tahapan-tahapan. Menurut Hendricks W. (1992), proses terjadinya konflik terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1.         Peristiwa sehari-hari.
       Pada tahap ditandai dengan adanya ketidak puasan dan jengkel terhadap suatu tekanan-tekanan pekerjaan. Perasaan tidak puas ini kadang-kadang berlalu begitu saja dan muncul kembali saat individu merasakan adanya gangguan.
2.         Adanya tantangan.
       Pada tahap kedua, apabila terjadi masalah, individu akan saling mempertahankan pendapat dan menyalahkan pihak lain. Masing-masing anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai dengan standar dan aturan organisasi.
3.         Timbulnya pertentangan.
       Pertentangan merupakan tahap ketiga, terjadi pada saat masing-masing individu atau kelompok bertujuan untuk memenangkan atau mengalahkan kelompok lain.


Sumber :


Tugas I Psikologi Manajemen

A.       PENGANTAR
1.    Pengertian manajemen
Menurut Ricky W. Griffin, manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran atau goals secara efektif(tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan) dan efisien (tugas dilakukan berkesesuaian dengan baik sesuai dengan jadwal yang ditetapkan sebelumnya).
Kemudian, definisi manajemen menurut George R. Terry adalah, suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Dr. Sp. Siagian, manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui orang lain.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, manajemen merupakan suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan, pengkoordinasian dengan menggunakan SDM atau prasana lain, demi memperoleh suatu hasil yang efektif dan efisien dari tujuan yang telah disepakati bersama kelompok atau organisasi.

2.    Pengertian Kepemimpinan
            Definisi kepemimpinan menurut Young (dalam Kartono, 2003), yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Menurut George R. Terry, kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Sutarto, kepemimpinan merupakan rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, kepemimpinan merupakan kemampuan khusus seseorang dalam mempengaruhi dan mengarahkan tingkah laku orang lain atau bawahan agar bersedia berbuat sesuatu secara suka rela atau tanpa terpaksa.

   B.   PERENCANAAN PENETAPAN MANAJEMEN
         1.      Pengertian perencanaan
Definisi perencanaan menurut Deacon, yaitu upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat  pokok, yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Alexander mengungkapkan, perencanaan adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukakan, bagaimana melakukannya, kapan melakukannya, dan siapa yang melakukannya. Sedangkan menurut Steiner, perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan strategi, kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi untuk menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan asdas kinerja dan umpan balik terhadap pengenalan siklus perencanaan baru.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, perencanaan merupakan serangkaian hal-hal paling “penting” yang disusun dan dipersiapkan sebelum melakukan suatu kegiatan. Seperti; mengetahui batasan-batasan dari sasaran, strategi pencapaian, batasan kebijakan, bahkan batasan terhadap siapa yang melakukan kegiatan, agar kegiatan tersebut lebih dekat dengan keberhasilan.

2.   Langkah-langkah penyusunan perencanaan dalam manajemen jelaskan
      Setelah menjelaskan pengertian perencanaan dalam manajemen, berikut ini adalah langkah-langkah dalam menyusun perencanaan, yaitu:
a.    Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Bisa dikatakan sebagai tahap awal sebelum melakukan rencana kegiatan.
b.    Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan. Maksudnya pada tahap ini seseorang perancang harus membuka wawasannya untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan-kemungkinan yang akan menghambat terlaksananya kegiatan, serta pembagian tanggung jawab terhadap pelaksana kegiatan (job descrption atau job specification)
c.    Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan; Melakukan eksplorasi terhadap data-data yang dibutuhkan terkait kegiatan yang akan dilakukan.
d.   Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan. Maksudnya memberikan arahan  kepada semua pihak pelaksana sebelum melakukan kegiatan tersebut.
e.    Merumuskan bagaimana masalah-masalah itu akan dipecahkan dan bagaiamana pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan. Maksudnya menentukan cara atau metode yang cocok untuk kegiatan tersebut.

3.      Manfaat perencanaan dalam manajemen
      Dari sini, akan disebutkan pula dari manfaat perencanaan yang efektif dan efisien, yaitu:
a.     Perencanaan dapat membuat pelaksanaan tugas menjadi tepat dan kegiatan tiap unit akan terorganisasi menuju arah yang sama.
b.     Perencanaan yang disusun berdasarkan penelitian yang akurat akan menghindarkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
c.     Perencanaan memuat standar-standar atau batas-batas tindakan dan biaya sehingga memudahkan pelaksanaan pengawasan.
d.     Perencanaan dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan, sehingga para pelaksana memiliki irama atau gerak dan pandangan yang sama untuk mencapai tujuan perusahaan.

4.      Jenis-jenis perencanaan organisasi
            Menurut Robbins dan Coulter, perencanaan memiliki dua macam bentuk:
a.      Rencana formal
Adalah rencana tertulis yang telah ditetapkan dan harus dilaksanakan suatu perusahaan atau organisasi dalam jangka waktu tertentu dan merupakan rencana bersama anggota korporasi. Ditujukan untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan untuk tujuan bersama sebuah organisasi dan perusahaan.
b.      Rencana informal
Adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Rencana informal ini biasanya mencakup pada kemampuan anggota dalam hubungannya dengan seorang manager. Maksudnya tidak tertulis disini adalah rencana yang tidak ada dalam ADRT (anggaran dasar rumah tangga) sebuah perusahaan atau organisasi. Rencana ini bersifat tidak tetap hanya berada pada kondisi tertentu saja.

Sedangkan dilihat dari struktural jenjang manajemen, jenis perencanaan dibagi menjadi tiga jenjang, yaitu:
a.    Perencanaan jenjang atas (top-level). 
Di jenjang ini, perencanaan lebih bersifat strategis, yaitu memberi petunjuk umum, merumuskan tujuan, mengambil keputusan, dan memberi petunjuk pola penyelesaian, dan bersifat menyeluruh. Perencanaan jenjang atas lebih menekankan pada tujuan jangka panjang dari perusahaan. Perencanaan ini menjadi tanggung jawab manajemen puncak.
b.      Perencanaan jenjang menengah (middle-level): 
Pada jenjang ini, perencanaan lebih bersifat admistratif menyangkut cara menempuh dan bagaimana tujuan dari perencanaan itu dapat dilaksanakan. Perencanaan jenjang menengah menjadi tanggung jawab manajemen menengah (madya).
c.       Perencanaan jenjang bawah (low-level): 
Pada jenjang ini, perencanaan lebih memfokuskan untuk menghasilkan sehingga perencanaan mengarah pada pelaksanaan atau operasional. Perencanaan jenjang bawah menjadi tanggung jawab manajemen pelaksana.

          C.    PENGORGANISASIAN STRUKTUR MANAJEMEN
1.      Pengertian struktur organisasi
      Sebelum menjelaskan pengertian struktur organisasi, ada baiknya mengenali terlebih dahulu inti dari pengertian organisasi. Menurut Husaeri Priatna, organisasi bisa diartikan sebagai suatu alat atau wadah kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan pola tertentu yang perwujudannya memiliki kekayaan baik fisik maupun non-fisik.
         Sedangkan yang dimaksud dengan struktur organisasi menurut Stephen P. Robbins adalah, suatu struktur organisasi yang menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, serta mekanisme koordinasi yang formal dan pola interaksi yang akan diikuti.
      Jadi, Struktur organisasi adalah suatu cara agar aktivitas dari organisasi bisa dibagikan kepada anggota kelompok lain, sehingga menimbulkan peran hubungan kerjasama yang baik antar anggota kelompok.

2.      Contoh struktur organisasi dlm suatu perusahaan.



3.      Jelaskan pengorganisasian sebagai fungsi dari manajemen yg meliputi - Struktur formal - Struktur informal
      Seperti yang sudah dikemukakan di atas, bahwa organisasi merupakan wujud dari aktivitas pembagian tugas kepada anggota kelompok, sehingga menimbulkan kerjasama dan kekompakan. Dengan demikian, manajemen membutuhkan pembagian-pembagian tugas pada anggota kelompok, agar suatu tugas atau kegiatan dapat berjalan sesuai dengan tujuan karena adanya kerjasama dan saling bergantung satu sama lain. Begitu pula dengan apa yang terjadi pada pengorganisasian yang bersifat formal (resmi/ dalam kegiatan perusahan) maupun informal (tidak resmi/ di luar lingkup perusahaan). Masing-masing membutuhkan adanya organ-organ yang saling bekerjasama demi mencapai tujuan bersama.

4.      Manfaat dan kerugian dari struktur dan divisional
      Manfaat dari pembagian yang terstruktur adalah berfokus pada efektifitas dan efisiensi tugas direktur utama. Karena menajer divisi yang telah dipilih dapat membantu pemantauan langsung kegiatan di lapangan kerja serta bertanggung jawab terhadap hasil kerja karyawan perusahaan, tanpa harus direktur utama yang memantaunya langsung.

5.      Kerugian dari struktur dan divisional
      Penambahan biaya terhadap sumber daya yang ada.
       


Minggu, 02 November 2014

Tugas II Psikologi Manajeman
A.    Actuating dalam manajemen
1.      Definisi actuating dalam manajemen
Actuating menurut George R. Terry adalah  usaha untuk menempatkan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan yang bersangkutan, oleh karena anggota itu ingin mencapai sasaran tersebut. Sedangkan menurut Prof. Dr. Sondang S. Siagian ia menyatakan bahwa, penggerakan (motivating) adalah keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, actuating merupakan upaya untuk menjalankan perencanaan menjadi kenyataan, dengan cara memotivasi tiap-tiap individu dalam suatu kelompok kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

2.      Pentingnya actuating dalam manajemen
Penggerakan (actuating) merupakan hubungan antara pimpinan yang mengikat bawahannya agar bersedia menyumbangkan tenaganya demi tercapainya tujuan kelompok/organisasi. Fungsi inilah yang menjadikan actuating penting dalam manajemen. Karena tanpa ada pergerakan, tidak akan terjadi perubahan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi/ perusahaan tertentu.

3.      Prinsip actuating dalam manajemen
Pada umumnya pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar mereka (yang dipimpin) bersedia untuk bekerja sebaik mungkin. Prinsip-prinsip actuating tersebut menurut Kurniawan (2009) antara lain:
a)      Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya.
b)      Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia.
c)      Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi.
d)     Menghargai hasil yang baik dan sempurna.
e)      Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih.
f)       Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup.
g)      Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya.

4.      Pentingnya mencapai actuating managerial yang efektif
Penggerakan yang dilakukan dengan efektif memiliki kelebihan, yaitu:
a)      Dapat memperjelas informasi kepada bawahan tentang tujuan yang diinginkan oleh atasan/ perusahaan.
b)      Dapat menimbulkan kerjasama tim yang baik.
c)      Dapat menciptakan hubungan yang erat antara atasan dengan bawahan.
d)     Dapat memperjelas pembagian tugas kerja, sehingga tidak terjadi kesalahan mengambil tugas.

B.     Mengendalikan Fungsi Manajemen

1.      Definisi controling manajemen
     Menurut Robert J. Mockler, pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasi dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien. Sedangkan menurut Louis E. Boone dan David L. Kurtz memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai “proses dimana seorang manajer memastikan bahwa operasi yang sebenarnya konsisten dengan rencana.

     Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, Controling merupakan upaya untuk menjalankan pengawasan terhadap kegiatan kerja yang konsisten dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.      Langkah-langkah controling manajemen
Langkah-langkah controling manajemen:
a)      Kegiatan yang belum dilaksanakan (Feedforward control)
b)      Kegiatan sedang dilaksanakan (Concurrent control)
c)      Kegiatan telah dilaksanakan (Feedback Control)

3.      Tipe-tipe kontrol dalam manajemen
Tipe tipe pengawasan dapat ditinjau dari tiga segi:
a)      Waktu: maksudnya pengawasan dari segi waktu dapat dilakukan secara preventif dan secara reprensif. Contoh pengawasan preventif ialah perencanaan budget, sedangkan pengawasan reprensif misalnya alat budget dan laporan.
b)      Objektif:  pengawasan dari segi objektif ialah pengawasan terhadap produksi dan sebagainya.
c)      Subjektif: pengawasan dari segi subjektif terdiri dari pengawasan internal dan pengawasan eksternal.

4.      Menjelaskan proses kontrol manajemen
Menurut T. Hani Handoko, terdapat lima tahapan dalam pengawasan:
a)      Penetapan standar pelaksanaan
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Contohnya: standar fisik, standar waktu.
b)      Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat.
c)      Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata
Beberapa proses yang berulang-ulang dan continue, berupa pengamatan laporan, metode, pengujian, dan sampel.
d)     Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya, juga sebagai alat pengambilan keputusan bagi manajer.
e)      Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.

C.    Kekuasaan Dan Pengaruh
1.      Definisi kekuasaan
·         Menurut Gibson
Kekuasaan adalah Kemampuan seseorang untuk memperoleh seuatu sesuai dengan cara yang dikehendaki.
·         Menurut Miriam Budiardjo
Kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku.
·         Menurut Ramlan Surbakti
Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi.

     Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, Kekuasaan merupakan upaya untuk  mempengaruhi tingkah laku orang lain, demi mencapai apa yang di tuju oleh seseorang atau  kelompok.

2.      Sumber-sumber kekuasaan
            Ada 5 sumber kekuasaan menurut John Brench dan Bertram Raven, yaitu :
a)      Kekuasaan menghargai (reward power)
Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah. (bonus sampai senioritas atau persahabatan).
b)     Kekuasaan memaksa (coercive power)
Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum      orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan. (teguran sampai hukuman).
c)      Kekuasaan sah (legitimate power)
Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.
d)     Kekuasaan keahlian (expert power)
Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi
Pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang dipengaruhi. (professional atau tenaga ahli).

e)    Kekuasaan rujukan (referent power)
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi. (karisma, keberanian, simpatik dan lain-lain).

3.      Definisi pengaruh
·         Pengaruh menurut KBBI
Adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
·         Pengaruh Menurut Norman Barry
Merupakan suatu tipe kekuasaan yang jika seorang yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya.

     Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, Pengaruh  merupakan upaya untuk menjadikan seseorang mengikuti apa yang menjadi kehendak orang lain atau kelompok, dan juga dapat mempengaruhi watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

4.      Pengaruh taktik dalam organisasi
      Strategi dan taktik pada dasarnya merupakan  suatu proses untuk mempengaruhi. Dalam hubungannya dengan proses untuk mempengaruhi ini, strategi dan taktik seringkali susah dibedakan dengan proses politik. Proses politis menyangkut usaha-usaha para anggota organisasi untuk meningkatkan kekuasaan mereka  atau melindungi sumber-sumber kekuasaan yang ada (Pfeffer, 1981). Sedangkan Salancik dan Pfeffer (1977a) menunjukkan bahwa proses politis menjelaskan mengapa beberapa pihak mampu untuk mempertahankan kekuasaan  bahkan setelah keahlian mereka tidak lagi kritis bagi organisasi.
     
      Untuk mendapatkan komitmen  atau bahkan kepatuhan terhadap permintaan-permintaan dari jenis yang demikian,  biasanya perlu untuk menggunakan bentuk perilaku mempengaruhi yang lain (proaktif) dan bukannya sebuah permintaan  yang sederhana. Sejumlah studi telah mengidentifikasi kategori-kategori perilaku mempengaruhi yang proaktif, disebut “taktik-taktik mempengaruhi” (Kipnis, Schmidt, & Wilkinson, 1980; Mowday, 1978, Porter, Allen, & Angle, 1981; schilit & Locke, 1982; Yukl & Falber, 1990).

      Jadi, Pengaruh taktik dalam organisasi bisa dikatakan sebagai mempertahankan sesuatu yang harus dipertahankan oleh masing-masing anggota kelompok.