Selasa, 02 Desember 2014

Tugas III Psikologi Manajemen
Empowerment, Stress, Konflik
A.      Definisi Empowerment
Menurut Ife J. William (1995), konsep pemberdayaan (empowerment) merupakan sebuah upaya memberikan otonomi, wewenang, dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin.
Di sisi lain Paul Samuel (1987) mengatakan bahwa pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan yang adil sehingga meningkatkan kesadaran politis dan kekuasaan pada kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka terhadap ”proses dan hasil-hasil pembangunan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, empowerment merupakan bentuk dari upaya pembagian kekuasaan atau pembagian wewenang secara adil terhadap orang-orang yang teerpilih atau yang memiliki kompetensi, sehingga meningkatkan kesadaran bagi individu atau kelompok yang berada di bawahnya agar ikut serta terhadap keberlangsungannya suatu acara atau kegiatan.

B.       Kunci Efektif Empowerment Dalam Manajemen
Empowerment (pemberdayaan) merupakan bentuk dari upaya pembagian kekuasaan, otonomi atau wewenang secara adil, sehingga meningkatkan kesadaran individu atau kelompok yang berada di bawah kekuasaannya.
Akan tetapi, individu atau kelompok tersebut pastinya memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Karena kebutuhan pada tiap zaman mengalami perubahan yang cepat, akhirnya menuntut adanya peran atasan (pemerintah) yang dapat menyeimbangkan kebutuhan orang-orang yang dibawahinya.
Sehingga, apabila kita menginginkan bentuk pemberdayan yang efektif dapat diterlaksana dengan baik, maka bentuk pelayanan kesejahteraan anggota harus bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman; baik dari segi upah kerja, fasilitas kerja, jaminan keamanan. Serta dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dibawah kekuasaannya dengan cepat, dan tidak memakan waktu yang lama.

C.      Definisi Stress
Hans Selye (1950) mengungkapkan bahwa, stres adalah respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan bebas atasnya. Kemudian, Lazarus & Folkman (1984) menjelaskan bahwa, stres merupakan suatu keadaan internal yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik pada tubuh atau lingkungan dan situasi sosial yang dievaluasi sebagai potensi yang berbahaya, tidak terkendali, atau melebihi sumber daya.
Sedangkan menurut Vincent Cornelli, stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, stress merupakan sikap pada tingkatan “low” (paling rendah), yang terjadi pada manusia ketika manusia tidak mampu merespon gangguan yang menyerang kondisi fisik maupun mental.

D.      Sumber-Sumber Stress Pada Manusia
Menurut Lazarus & Cohen (1977), tiga tipe kejadian yang dapat menyebabkan stres yaitu:
1.         Daily hassles :
Yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya.
2.         Personal stressor :
Yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.

E.       Pendekatan Stres
1.    Pendekatan Individual
Dalam pendekatan individual seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.

2.    Pendekatan Perusahaan
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental. Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi strategi penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial (Margiati, 1999).

F.       Definisi Konflik
Menurut Nardjana (1994) Konflik yaitu akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain.
Sedangkan menurut menurut Karl Marx, kehadiran konflik didasarkan pada pemilikan sarana-sarana produksi. Dimana pemilikan sarana-sarana produksi tersebut menyebabkan adanya perbedaan hak kepemilikan atas sarana-sarana produksi yang dimiliki oleh setiap individu atau kelompok.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, konflik merupakan suatu keadaan dimana ketika manusia memiliki keinginan atau kehendak yang berbeda-beda, namun terjadi suatu benturan yang tidak diinginkan pada dirinya, orang lain, maupun pada suatu kelompok tertentu, sehingga mengakibatkan terjadinya jurang pemisah serta permusuhan dan perselisihan.  

G.      Jenis-Jenis Konflik
Jenis-jenis konflik dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu:
1.         Konflik dalam diri individu.
Proses terjadinya apabila pada waktu yang bersamaan seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
2.         Konflik antar individu.
Terjadi karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
3.         Konflik individu dengan kelompok.
Proses terjadinya karena seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai kompromistis, yang ditekankan kepada mereka dari kelompok tertentu.
4.         Konflik antar kelompok.
Terjadi pada cakupan yang lebih luas seperti; seluruh individu yang berada dalam suatu kelompok.

H.      Proses Konflik
Konflik tidak terjadi secara mendadak tanpa sebab, dan proses. Akan tetapi melalui tahapan-tahapan. Menurut Hendricks W. (1992), proses terjadinya konflik terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1.         Peristiwa sehari-hari.
       Pada tahap ditandai dengan adanya ketidak puasan dan jengkel terhadap suatu tekanan-tekanan pekerjaan. Perasaan tidak puas ini kadang-kadang berlalu begitu saja dan muncul kembali saat individu merasakan adanya gangguan.
2.         Adanya tantangan.
       Pada tahap kedua, apabila terjadi masalah, individu akan saling mempertahankan pendapat dan menyalahkan pihak lain. Masing-masing anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai dengan standar dan aturan organisasi.
3.         Timbulnya pertentangan.
       Pertentangan merupakan tahap ketiga, terjadi pada saat masing-masing individu atau kelompok bertujuan untuk memenangkan atau mengalahkan kelompok lain.


Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar