Tugas III Psikologi Manajemen
Empowerment, Stress, Konflik
A. Definisi Empowerment
Menurut Ife J. William (1995), konsep pemberdayaan (empowerment)
merupakan sebuah upaya memberikan otonomi, wewenang, dan kepercayaan kepada
setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif
agar dapat menyelesaikan tugasnya
sebaik mungkin.
Di sisi lain Paul Samuel (1987) mengatakan bahwa
pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan yang adil sehingga meningkatkan
kesadaran politis dan kekuasaan pada kelompok yang lemah serta memperbesar
pengaruh mereka terhadap ”proses dan hasil-hasil pembangunan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, empowerment merupakan bentuk dari upaya pembagian
kekuasaan atau pembagian wewenang secara adil terhadap orang-orang yang
teerpilih atau yang memiliki kompetensi, sehingga meningkatkan kesadaran bagi
individu atau kelompok yang berada di bawahnya agar ikut serta terhadap
keberlangsungannya suatu acara atau kegiatan.
B.
Kunci
Efektif Empowerment Dalam Manajemen
Empowerment (pemberdayaan) merupakan
bentuk dari upaya pembagian kekuasaan, otonomi atau wewenang secara adil,
sehingga meningkatkan kesadaran individu atau kelompok yang berada di bawah
kekuasaannya.
Akan tetapi, individu atau kelompok tersebut
pastinya memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Karena kebutuhan pada tiap zaman
mengalami perubahan yang cepat, akhirnya menuntut adanya peran atasan
(pemerintah) yang dapat menyeimbangkan kebutuhan orang-orang yang dibawahinya.
Sehingga, apabila kita menginginkan bentuk
pemberdayan yang efektif dapat diterlaksana dengan baik, maka bentuk pelayanan kesejahteraan
anggota harus bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman; baik dari segi upah
kerja, fasilitas kerja, jaminan keamanan. Serta dapat menjawab
permasalahan-permasalahan yang ada dibawah kekuasaannya dengan cepat, dan tidak
memakan waktu yang lama.
C.
Definisi
Stress
Hans Selye (1950) mengungkapkan bahwa, stres adalah
respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan bebas atasnya.
Kemudian, Lazarus & Folkman (1984) menjelaskan bahwa, stres merupakan suatu
keadaan internal yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik pada tubuh atau
lingkungan dan situasi sosial yang dievaluasi sebagai potensi yang berbahaya,
tidak terkendali, atau melebihi sumber daya.
Sedangkan menurut Vincent Cornelli, stres adalah
gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan
kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu
didalam lingkungan tersebut.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, stress merupakan
sikap pada tingkatan “low” (paling
rendah), yang terjadi pada manusia ketika manusia tidak mampu merespon gangguan
yang menyerang kondisi fisik maupun mental.
D.
Sumber-Sumber
Stress Pada Manusia
Menurut Lazarus & Cohen (1977), tiga tipe
kejadian yang dapat menyebabkan stres yaitu:
1.
Daily hassles :
Yaitu
kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari seperti masalah kerja di
kantor, sekolah dan sebagainya.
2.
Personal stressor :
Yaitu
ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau kehilangan besar terhadap sesuatu
yang terjadi pada level individual seperti kehilangan orang yang dicintai,
kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan
masalah pribadi lainnya.
E.
Pendekatan
Stres
1.
Pendekatan
Individual
Dalam pendekatan individual seorang
karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang
bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengelolaan waktu, latihan fisik,
latihan relaksasi dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka
seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan
kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh
agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu
untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan
santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan
mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan
saran-saran bagi dirinya.
2.
Pendekatan
Perusahaan
Beberapa penyebab stres adalah
tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang scmuanya
dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh
karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk
mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan
tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi
organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan
menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan
mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan
interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi strategi
penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial (Margiati, 1999).
F.
Definisi
Konflik
Menurut
Nardjana (1994) Konflik yaitu akibat
situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu
dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut
Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau
tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun
dalam hubungannya dengan orang lain.
Sedangkan menurut menurut Karl
Marx, kehadiran konflik didasarkan pada pemilikan sarana-sarana produksi.
Dimana pemilikan sarana-sarana produksi tersebut menyebabkan adanya perbedaan
hak kepemilikan atas sarana-sarana produksi yang dimiliki oleh setiap individu
atau kelompok.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, konflik merupakan suatu keadaan dimana ketika
manusia memiliki keinginan atau kehendak yang berbeda-beda, namun terjadi suatu
benturan yang tidak diinginkan pada dirinya, orang lain, maupun pada suatu
kelompok tertentu, sehingga mengakibatkan terjadinya jurang pemisah serta
permusuhan dan perselisihan.
G.
Jenis-Jenis
Konflik
Jenis-jenis konflik dapat dibedakan menjadi empat
bagian, yaitu:
1.
Konflik dalam diri individu.
Proses
terjadinya apabila pada waktu yang bersamaan seseorang memiliki dua keinginan
yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
2.
Konflik antar individu.
Terjadi
karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara
dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
3.
Konflik individu dengan kelompok.
Proses
terjadinya karena seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi
tekanan-tekanan untuk mencapai kompromistis, yang ditekankan kepada mereka dari
kelompok tertentu.
4.
Konflik antar kelompok.
Terjadi
pada cakupan yang lebih luas seperti; seluruh individu yang berada dalam suatu kelompok.
H.
Proses
Konflik
Konflik tidak terjadi secara mendadak tanpa sebab,
dan proses. Akan tetapi melalui tahapan-tahapan. Menurut Hendricks W. (1992),
proses terjadinya konflik terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1.
Peristiwa sehari-hari.
Pada
tahap ditandai dengan adanya ketidak puasan dan jengkel terhadap suatu
tekanan-tekanan pekerjaan. Perasaan tidak puas ini kadang-kadang berlalu begitu
saja dan muncul kembali saat individu merasakan adanya gangguan.
2.
Adanya tantangan.
Pada tahap
kedua, apabila terjadi masalah, individu akan saling mempertahankan pendapat
dan menyalahkan pihak lain. Masing-masing anggota menganggap perbuatan yang
dilakukan sesuai dengan standar dan aturan organisasi.
3.
Timbulnya pertentangan.
Pertentangan
merupakan tahap ketiga, terjadi pada saat masing-masing individu atau kelompok
bertujuan untuk memenangkan atau mengalahkan kelompok lain.
Sumber :
1. (Anonim).
http://aquariuslearning.co.id/8-penyebab-stres/